Lompat ke isi

Ron Dennis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ron Dennis
CBE
Dennis di Goodwood Festival of Speed 2016
LahirRonald Dennis
1 Juni 1947 (umur 77)
Woking, Surrey, Inggris
Tempat tinggalSurrey, Inggris
KebangsaanInggris
Tempat kerjaUK Trade & Investment
Minsheng Investment Group
British East Asian Council
Dikenal atasMcLaren Technology Group (Director & Shareholder)
Summit UK (Chairman)
Absolute Taste (Majority Owner and Founder)
Minsheng Investment Corporation (Global Consultant)
British East Asia Council (Chairman)
TAG Heuer (Former owner)
UKTI (Official British Business Ambassador)
McLaren Automotive (Chairman, Founder and Minority Shareholder)[1]
Kota asalVirginia Water
Kekayaan bersihSteady £450 million (May, 2019)
Suami/istriLisa Dennis (Divorced)
Anak3
Musicbrainz: 90c52c23-eacb-4c4c-bdb4-2d3fe96971b3 Modifica els identificadors a Wikidata

Ronald "Ron" Dennis (lahir 1 Juni 1947) adalah seorang pengusaha asal Inggris. Ia pernah dikenal luas sebagai pemilik tim balap Formula Satu McLaren.

Karier mekanik

[sunting | sunting sumber]

Cooper F1

[sunting | sunting sumber]

Ron bergabung dengan tim Cooper sebagai mekanik junior pada usia 18 tahun di 1966. Ia saat itu bertugas mengurusi mobil Jochen Rindt,[2] tetapi uniknya ia tidak bisa akrab dengan pembalap Austria yang terkenal suka bicara ceplas-ceplos tersebut.

Brabham F1

[sunting | sunting sumber]

Pada 1968, Ron bergabung dengan tim Brabham. Sekali lagi ia dipasangkan dengan Jochen Rindt, tetapi Ron lantas meminta agar ia bisa bekerja langsung pada Jack Brabham. Ia bertahan di Brabham sampai akhir 1970 saat ia menjadi manajer tim untuk tiga balapan terakhir di Amerika Utara dan Meksiko.[3]

Rondel Racing

[sunting | sunting sumber]

Ron lantas memiliki ide untuk membuat sebuah tim balap sendiri. Bersama mantan rekannya di Brabham, Neil Trundle, ia lantas membangun sebuah tim balap bernama Rondel Racing. Nama akhiran "del" merupakan plesetan dari Trundle. Biayanya sendiri langsung ditangani oleh ayah Lisa, calon istri Ron Dennis. Dengan modal 2000 Poundsterling, Rondel menjalani balapan di F2 dengan mobil BT36 pinjaman dari Jack Brabham. Mobil tersebut salah satunya dikemudikan oleh Graham Hill, di mana ia menjadi juara dalam Easter Monday F2 di sirkuit Thruxton

Pada 1973, Rondel kedatangan Ray Jessop, mantan insinyur aerospace. Ray lantas membantu Ron untuk mendesain sasis yang kemudian bernama Motul, karena disponsori oleh perusahaan oli asal Prancis tersebut

Di 1974, tim Rondel mengalami masalah dana akibat krisis minyak. Mobil baru tim Rondel harus tertunda debutnya. Beruntung Ken Grob dan Tony Vlassopulo mengambil alih tim, namun Ron harus rela namanya berubah menjadi Token F1.

The Project Four

[sunting | sunting sumber]

Setelah keluar dari Rondel, Ron mempunyai ide baru pada tahun 1976, yaitu kali ini ia membuat sebuah semi projek F2 Marches dengan nama Project Four untuk Eddie Cheever, seorang pembalap AS yang di kemudian hari sukses menjadi juara Indy 500.

Pada 1978, Ron menggabungkan Project Four dengan Admore Racing yang dipimpin Creighton Brown, yang juga di kemudian hari akan menjadi rekanan Ron di McLaren.

Di 1979, Project Four akhirnya mendapat sukses saat menjadi juara F3 Inggris dengan pembalap Chico Serra. Saat yang sama Ron menyiapkan BMW M1 yang disponsori Marlboro. Pembalapnya adalah mantan juara dunia F1 Niki Lauda, yang kemudian memenangi Procar Championship. Ron lantas bekerja sama dengan John Barnard untuk menyiapkan sebuah sasis baru untuk mobil F1 di mana sasis tersebut hampir seluruhnya terbuat dari serat karbon.

Pada 1980 ia menjadi broker untuk merger kontroversial antara Project Four dengan tim papan bawah F1, McLaren.[4] Alain Prost hengkang setelah kecelakaan di Watkins Glen. Ia lantas bilang kepada Dennis, "Satu kali tabrakan sudah cukup". Di tangan Dennis-lah kelak, nama McLaren akan besar di F1 bersama Williams F1 dan Scuderia Ferrari.

Musim 1981 menjadi debut pertama McLaren di bawah kendali Ron Dennis. Mobil MP4-1 merupakan mobil F1 pertama yang desain sasisnya menggunakan serat karbon. Ron lantas menjanjikan kepada pihak sponsor, dalam hal ini Marlboro, bahwa McLaren akan menang satu balapan, dan ucapannya terbukti benar saat John Watson menang GP Inggris.

Pada 1982 Ron berhasil membujuk Niki Lauda yang sudah pensiun untuk kembali ke F1. Secara mengejutkan, Ron juga sukses menarik TAG dan pemiliknya, Mansour Ojjeh pindah dari Williams ke McLaren. TAG lantas berkomitmen untuk mendanai pengembangan mesin Porsche V6 1,5 liter yang bertenaga turbo. Sukses McLaren memuncak di 1984 saat Niki Lauda berhasil menjadi juara dunia. Saat yang sama Ron Dennis menjadi perantara penjualan saham antara John Barnard dan Mansour Ojjeh.

Momen kebahagiaan Dennis datang di 1985 saat ia menikah dengan kekasih AS-nya, Lisa. Hingga saat ini, pasangan Lisa-Dennis dikaruniai tiga anak, Charlotte, Christian, dan Francesca. Dennis dan Lisa menikah di Leeds Castle, Kent, UK.

Akhir 1987, Ron mengadakan revolusi di McLaren. Ia berhasil menarik Honda sebagai pemasok mesin, dan juga mengontrak Alain Prost dan Ayrton Senna. Desainer Steve Nichols ditunjuk sebagai kepala perancang sasis. Hasil di musim 1988 sangat mencengangkan, mobil MP4-4 karya Nichols yang ditenagai Honda berhasil menjuarai 15 dari 16 balapan. Satu-satunya kegagalan McLaren adalah Monza, di mana Alain Prost mengalami kecelakaan dan Ayrton Senna harus finis di posisi 10 dan gagal meraih poin. Total poin yang diraih McLaren musim itu adalah 199, dan baru bisa dipecahkan di 2002 ketika Ferrari berhasil meraih 202 poin.

Masuk musim 1992, Honda mengumumkan bahwa mereka akan hengkang dari F1 di akhir musim. Ron mencoba membujuk Honda agar bertahan namun gagal. Hasilnya, McLaren kalah oleh Williams F1 dengan tenaga mesin Renault. Tanpa pilihan, akhirnya Ron setuju dengan kontrak mesin Ford tahun 1993 yang basis mesinnya sama dengan yang dipakai Benetton. Di musim 1993, Ayrton Senna mulai berulah, kali ini ia menuntut gaji 1 juta dollar perbalapan. Meskipun sukses menjuarai lima balapan di 1993, tetapi biaya operasional tim membengkak, dan akhirnya membuat Ron menerima tawaran Peugeot di 1994. Senna sendiri akhirnya hengkang di akhir musim 1993.

Dengan mesin Peugeot, tim gagal mencetak kemenangan. Walaupun kontrak dengan Peugeot berdurasi tiga tahun, tetapi akhirnya Ron memutuskan untuk bekerjasama dengan Mercedes-Benz. Sisa kontrak mesin Peugeot kemudian ia tawarkan kepada siapapun yang berminat, di mana akhirnya Eddie Jordan-lah yang beruntung mendapatkan limpahan mesin dari Ron.

Dengan Mercy, tim McLaren baru bisa menjadi juara dunia lagi di musim 1998-99 melalui pembalap Mika Hakkinen. Pertengahan 1999, Ron menjual 40% sahamnya kepada Daimler-Chrysler. Sisa 60% dibagi rata olehnya dengan Ojjeh.

McLaren mengalami kemunduran di awal 2000-an. Dennis kemudian menjual lagi sahamnya sebanyak 30% kepada investor dari Dubai. Dengan tersisa 15%, Dennis tetap menjadi bos di McLaren. Di luar F1, kini McLaren juga merambah ajang layar, dan projek mobil jalan raya dengan Mercy.

Pada akhir 2005 ia berhasil menarik Vodafone untuk menjadi sponsor utama menggantikan West. Ia juga berhasil menarik Fly Emirates untuk menjadi sponsor interim hanya untuk satu musim yaitu di 2006. Juara dunia dua kali Fernando Alonso juga berhasil ia dapatkan, sebelumnya juga tersiar kabar bahwa ia akan menarik Michael Schumacher. Sayangnya Alonso hanya bertahan satu musim saja akibat masalah internal pada tahun 2007. Musim 2007 mungkin akan menjadi musim yang tidak akan terlupakan bagi Ron, sebab selain masalah internal Alonso-Hamilton, tim McLaren juga harus tersandung kasus spionase yang melibatkan pegawainya, Mike Coughlan dengan salah seorang staf Ferrari, Nigel Stepney. Tim baru bisa pulih di akhir 2008 saat Lewis Hamilton berhasil menjadi juara dunia F1.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ William Esler. "Ron Dennis has returned to the role of Group Chief Executive Officer of McLaren". Sky Sports. Diakses tanggal 16 January 2014. 
  2. ^ "The team: management biographies". www.mclaren.com. McLaren. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-12. Diakses tanggal 2007-04-08. 
  3. ^ Keating, Frank (1991-07-13). "British Grand Prix: Man behind the man behind the wheel - Frank Keating meets Ron Dennis, whose pursuit of perfection still sparks McLaren". The Guardian. Guardian Newspapers. 
  4. ^ Henry, Alan (2003-02-25). "Motor Racing: Jaguar land Crocodile's brother". The Guardian. Guardian Newspapers. hlm. 31. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]