Lompat ke isi

Erwiana Sulistyaningsih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Erwiana Sulistyaningsih
LahirErwiana Sulistyaningsih
(1990-01-07)7 Januari 1990
Ngrambe, Ngawi
PekerjaanART, TKW

Erwiana Sulistyaningsih (lahir 7 Januari 1990) adalah seorang wanita Indonesia asal Ngrambe yang disiksa oleh majikannya saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong. Kasus ini menarik perhatian pemimpin kedua negara, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying.[1][2]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Erwiana lahir pada tanggal 7 Januari 1991, putri dari pasangan Rohmad dan Suratmi Saputra. Ayahnya adalah seorang pekerja serabutan. Setelah lulus SMA, ia ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi untuk menjadi seorang akuntan, namun tidak terwujud karena kondisi ekonomi keluarganya. Alasan yang sama memaksa Erwiana untuk melamar pekerjaan sebagai tenaga kerja migran di Hong Kong. Menurut Antik Priswahyudi, anggota Serikat Buruh Migran Hongkong, sebetulnya Erwiana tidak mau menjadi TKI, tapi karena tidak ada biaya dan melihat kondisi perekonomian orang tua, Erwiana mencoba mencari biaya kuliah dengan menjadi TKI di Hong Kong.[3]

Pada tahun 2012, Erwiana mendapatkan informasi untuk menjadi TKI melalui PT Graha Ayu Karsa. Berawal dari informasi tersebut, ia berangkat ke Hongkong melalui perusahaan itu pada tanggal 27 Mei 2013. Setelah mengantongi visa kerja, Erwiana berangkat ke Hongkong seorang diri. Di sana, ia bertemu perwakilan PT Graha Ayu Karsa yang menunggunya di bandara. Ia pun langsung dibawa menemui majikan yang tinggal di apartemen beralamat di Tong Ming Street, Kowloon, Hong Kong.[3]

Penyiksaan

[sunting | sunting sumber]

Erwiana disiksa secara fisik dalam waktu 8 bulan oleh majikannya, Law Wan-tung. Ia mengaku bahwa ia dipaksa tidur di lantai, bekerja 21 jam per hari, dan tidak diizinkan libur. Jika ia tidak membersihkan rumah atau lambat menanggapi panggilan majikan, ia akan dipukuli.[4][5] Ia mengaku bahwa ia kerap dipukuli dengan berbagai peralatan rumah tangga seperti gagang sapu, penggaris, dan gantungan baju.[6] Setelah disiksa selama 8 bulan, luka-lukanya terinfeksi dan Erwiana tidak dibawa berobat ke dokter . Ia dibiarkan dalam kondisi lemah dan tidak mampu berjalan. Majikannya mengatur keberangkatannya ke Indonesia dan memberinya uang sejumlah $70 HKD serta mengancam akan membunuh orangtuanya jika ia berani menceritakan penyiksaannya pada orang lain.[6] Majikannya meninggalkannya di Bandar Udara Internasional Hong Kong dengan rute sambung menuju Jakarta dan Solo menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Ditinggalkan sendirian di bandara dan tidak mampu berjalan, Erwiana bertemu dengan Rianti, rekannya sesama warga negara Indonesia, yang membantu mengantarkannya ke rumahnya di Ngawi. Rianti juga membawanya ke Rumah Sakit Amal Sehat di Sragen untuk merawat luka-lukanya.[3]

Law Wan-tung ditangkap di Bandar Udara Internasional Hong Kong saat berupaya untuk terbang ke Thailand. Ia didakwa oleh pengadilan Kwun Tong telah melakukan tindakan kekerasan fisik dan empat dakwaan kriminal lainnya. [7][8] Ia dibebaskan dengan uang jaminan senilai $1M HKD.

Peristiwa ini memunculkan kekhawatiran mengenai perlakuan terhadap pembantu rumah tangga di Hong Kong. Pada November 2012, Amnesty International mengutuk pemerintah Hong Kong dan Indonesia karena mengizinkan kondisi yang membuat wanita rentan terhadap eksploitasi, termasuk pembatasan kebebasan, kekerasan fisik dan seksual, kekurangan makanan, dan jam kerja yang panjang.[5] Karena polisi tidak menyelidiki kasus ini sebagai kasus kriminal, unjuk rasa digelar di Hong Kong dengan lebih dari 5000 orang dan berbagai kelompok HAM menyerukan penegakan keadilan bagi Erwiana.[4][9] Pemerintah Hong Kong mengutus perwakilannya ke rumah sakit tempat Erwiana dirawat untuk mewawancarainya.[10]

TIME's 100

[sunting | sunting sumber]

Pada bulan April 2014, majalah TIME merilis edisi baru "100 Most Powerful Persons",[11] dan menempatkan Erwiana Setyaningsih dalam daftar untuk kategori 'Icons'. Aktivis antikekerasan Somaly Mam menyatakan bahwa Erwiana adalah "inspirasi" bagi buruh migran lainnya untuk berjuang melawan kekerasan dan diskriminasi. Erwiana menjadi satu dari sedikit wanita Indonesia yang pernah masuk daftar ini.

Dalam penjelasannya di majalah Time, Mam menyatakan:

"Setelah delapan bulan, Erwiana kembali ke kampung halamannya dengan tubuh penuh luka bakar, memar, dan koreng menganga, sulit melihat dan berjalan, namun Erwiana tak lantas menyerah, ia tak bisa dibungkam. Perempuan itu berteriak melawan perempuan yang kini menghadapi tuduhan telah melukai dan menyiksanya. Tak hanya itu, dengan bantuan keluarga dan orang-orang yang peduli, Erwiana memperjuangkan UU untuk melindungi orang-orang yang senasib dengannya. Hanya perempuan pemberani seperti dia, yang berani berbicara untuk mereka yang tak bersuara, yang akan menciptakan perubahan yang abadi."

Saat Erwiana mendengar kabar ini,[12] ia mengungkapkan bahwa ia senang sekali, berharap tak ada lagi wanita yang diperlakukan seperti dirinya.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • HK Helpers Campaign – Kampanye HAM pembantu rumah tangga Hong Kong yang diluncurkan untuk menanggapi kasus ini.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Woman charged in Hong Kong with torturing Indonesian maid". New York Daily News. 23 January 2014. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  2. ^ "Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono calls tortured maid Erwiana Sulistyaningsih". News.com. 21 January 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-06. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  3. ^ a b c Wismabrata, M (21 January 2014). Auliani, Palupi Annisa, ed. "Mimpi Kuliah Akuntansi, Erwiana Malah Sengsara Jadi TKI..." Kompas.com (dalam bahasa Indonesian). Kompas.com. Diakses tanggal 24 January 2014. 
  4. ^ a b "Plight of slave maid who was beaten everyday for eight months until she couldn't walk provokes outrage on the streets of Hong Kong". Mail Online. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  5. ^ a b "Outrage in Hong Kong over Indonesian abuse case". Modesto Bee. 16 January 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-23. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  6. ^ a b "Charges filed against HK employer for attack on Indonesian maid". Inquirer.net. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  7. ^ "Torture case spotlights maid abuse issue in Hong Kong". Arab News. 23 January 2014. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  8. ^ "Hong Kong police investigate claims that Indonesian maid was tortured". The Guardian. 23 January 2014. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  9. ^ "Anger over Hong Kong maid-abuse case". Al Jazeera. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  10. ^ "Hong Kong police charge woman with assaulting Indonesian maid". The Guardian. Diakses tanggal 23 January 2014. 
  11. '^ TIMEs 100 Most Powerful People TIME online, Retrieved 25 April 2014.
  12. ^ BMI Hong Kong Erwiana Termasuk 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Diarsipkan 2014-04-26 di Wayback Machine. Kompasiana, Retrieved 25 April 2014.