Ilmu ekonomi

Ilmu sosial yang menganalisis produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa
(Dialihkan dari Produksi komoditas)

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.[1] Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.

Transaksi di bursa saham New York

Secara sederhana, ilmu ekonomi sebenarnya didasarkan pada tiga (3) konsep penting, yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan pengambilan keputusan (decision making). Ilmu ekonomi muncul karena manusia selalu ingin mendapatkan sesuatu melebihi sumber daya yang dimilikinya. Misalnya, manusia ingin hidup di dunia yang nyaman dan aman, air yang bersih, pendidikan yang baik, rumah mewah, kendaraan bagus. Sementara untuk mendapatkan itu semua, seseorang dibatasi oleh waktu, pendapatan, dan harga yang harus dibayar yang akhirnya berujung pada tidak terpenuhinya semua keinginan tersebut. Oleh karena itu, ilmu ekonomi diperlukan untuk memahami bagaimana cara memenuhi keinginan yang tidak terbatas tersebut dengan sumber daya yang terbatas[2].

Adam Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi

Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata berbahasa Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga".[3] Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.[4]

Secara umum, subjek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi versus makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi deskriptif versus normatif, arus-utama versus heterodoks, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya.[5] Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas,[6] teori lingkaran ekonomi,[7] tangan tak terlihat, [8] daya tahan ekonomi,[9] merkantilisme,[10] Bretton Woods, dan sebagainya.

Ada sebuah peningkatan kecenderungan untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisis ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam berbagai bidang di mana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah seorang perintis trend ini.[11] Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.

Banyak ahli ekonomi arus-utama merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus, kadang-kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan "apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?" The traditional Chicago School, with its emphasis on economics being an empirical science aimed at explaining real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price theory as the tool of analysis. On the other hand, some economic theorists have formed the view that a consistent economic theory may be useful even if at present no real world economy bears out its prediction.

Sejarah perkembangan ilmu ekonomi

sunting

Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui tulisannya yang berjudul Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa.[12] Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments.[13] Dalam bukunya, Smith menyatakan bahwa dengan adanya kebijaksanaan dan keadilan, maka suatu masyarakat dapat bertahan. Hal ini merupakan pendekatan yang terbentuk dari reaksinya terhadap paham perdagangan bebas yang ia tuliskan dalam buku sebelumnya. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps.

Secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik.[14] Aliran ini menyatakan bahwa ekonomi merupakan sesuatu yang mengatur dirinya sendiri. Aliran ini mempercayai adanya mekanisme yang selalu membawa ekonomi kembali ke kesetimbangan pendapatan nasional. Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. [8] Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen utamanya dalam buku The Wealth of Nations dan para filantrop dalam buku The Theory of Moral Sentiments. [15] Perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.

Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham.[16] Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai sasarannya.[17] Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya.

Adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat di tahun 1950an, membuka topik baru bagi para ekonom. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi massal membuat beberapa ekonom melakukan studi mengenai hal tersbut. Salah satu ekonom yang dikenal dengan materi ini adalah John Kenneth Galbraith. Dalam bukunya yang berjudul The Affluent Society, ekonom ini menjelaskan bagaimana Amerika Serikat bertumbuh menjadi negara yang makmur dibentuk oleh usaha swasta, sementara sektor publiknya mengalami ketertinggalan.[18] Selanjutnya di negara-negara lain, sistem ini kemudian disebut sebagai kapitalisme sosial. Akhir abad ke-20 menuju ke abad ke-21 menunjukkan perkembangan yang bergerak di sekitar masyarakat pascaindustri. Mengikuti perkembangan ini, muncul studi baru yakni Ekonomi pascaindustri. Dalam studi ini, ekonom mencari tahu bagaimana dampak ekonomi yang diperihatkan oleh perubahan sosial-masyarakat.[19]

Metodologi

sunting

Sering disebut sebagai The queen of social sciences, ilmu ekonomi telah mengembangkan serangkaian metode kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergen pada masa setelah Perang Dunia II merupakan salah satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi.[20] Kubu lain dari metode kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum), yang menggunakan konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen yang lain.[21] Dalam metode ini ekonomi dianalisa sebagai suatu hal yang utuh dan tidak melihat hal tersebut sebagai suatu partikel khusus, seperti suatu pasar tertentu. Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam analisisnya. Di lain pihak, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama didorong oleh keterbatasan metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen yang berubah-ubah.

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Scerri, Andy; Magee, Liam; James, Paul (2015). Urban Sustainability in Theory and Practice: Circles of Sustainability (2015) (dalam bahasa Inggris). hlm. 53. 
  2. ^ Harmadi, Sonny Harry B. (2014). Pengantar Ekonomi Makro (dalam bahasa Inggris). 2. Jakarta: Universitas Terbuka. hlm. 1–46. ISBN 978-979-011-503-3. 
  3. ^ Muchtolifah. Ekonomi Makro (PDF). Unesa University Press. hlm. 1. ISBN 978-979-028-241-4. 
  4. ^ "economist: meaning in the Cambridge English Dictionary". dictionary.cambridge.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-24. 
  5. ^ "economics: Definition, History, Examples, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-25. 
  6. ^ Aitken, Hugh G. J. (1950). "A Note on the Definition of a Free Market". The Canadian Journal of Economics and Political Science / Revue canadienne d'Economique et de Science politique. 16 (2): 237. doi:10.2307/137987. ISSN 0315-4890. 
  7. ^ Forrester, Jay W. (1976). "Business Structure, Economic Cycles and National Policy". Business Economics. 11 (1): 13. ISSN 0007-666X. 
  8. ^ a b Rothschild 1994, hlm. 319.
  9. ^ Scott, W. R. (1930). "Economic Resiliency". The Economic History Review. 2 (2): 291. doi:10.2307/2599914. ISSN 0013-0117. 
  10. ^ Coleman, D. C. (1980). "Mercantilism Revisited". The Historical Journal. 23 (4): 775. ISSN 0018-246X. 
  11. ^ Becker, Gary S. (1992). "Gary Becker Biographical". NobelPrize.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-25. 
  12. ^ "The Wealth of Nations Summary | Shmoop". www.shmoop.com. Diakses tanggal 2020-10-24. 
  13. ^ "The Theory of Moral Sentiments". Adam Smith Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-24. 
  14. ^ "The Classical Theory". www.cliffsnotes.com. Diakses tanggal 2020-10-24. 
  15. ^ Rothschild 1994, hlm. 319-322.
  16. ^ "The Classical School and the Great Depression". Open Textbooks for Hong Kong (dalam bahasa Inggris). 2015-03-02. Diakses tanggal 2020-10-24. 
  17. ^ "Book Review: The General Theory of Employment, Interest and Money by John M. Keynes » 50Minutes.com - Knowledge at your fingertips". 50Minutes.com - Knowledge at your fingertips (dalam bahasa Inggris). 2018-01-10. Diakses tanggal 2020-10-24. 
  18. ^ Parsons, Kenneth H. (1959). "Review of The Affluent Society". Journal of Farm Economics. 41 (1): 145. doi:10.2307/1235211. ISSN 1071-1031. 
  19. ^ "The Post-Industrial Society: The Crisis of Rationality". Bulletin of the American Academy of Arts and Sciences. 21 (2): 9. 1967. doi:10.2307/3822705. ISSN 0002-712X. 
  20. ^ Samuelson, P. A.; Koopmans, T. C.; Stone, J. R. N. (1954). "Report of the Evaluative Comittee for Econometrica". Econometrica. 22 (2): 142. 
  21. ^ Frankenfield, Jake. "How General Equilibrium Theory Works". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-24. 

Referensi

sunting